IDEAonline - Material ramah lingkungan jika bahan pembentuknya, proses produksinya, hingga pemakaiannya tidak merusak lingkungan.
Konsep rumah ramah lingkungan dilihat tak hanya dari aspek desainnya saja.
Pemakaian material yang digunakan untuk membangun rumah tersebut juga harus ramah lingkungan.
Artinya, material tersebut dalam proses produksinya tidak merusak lingkungan yang ada.
Menurut Ir Eko Prawoto, M. Arch., arsitek yang terkenal dengan karya rumah ramah lingkungan ini berujar bahwa sebuah material dapat dikatakan ramah lingkungan tak hanya dilihat dari proses produksinya saja tetapi dilihat juga dari pengaruh material tersebut terhadap lingkungan setelah material tersebut terpakai pada bangunan.
Baca Juga : Furnitur Berbahan Material Gabus, Ramah Lingkungan dan Dapat Didaur Ulang
Material kayu misalnya.
Jika kayu digunakan secara tepat sesuai dengan kodratnya- penggunaannya setara dengan masa tumbuhnya-maka kayu tersebut dapat dikatakan sebagai material ramah lingkungan.
Lantas, material ramah lingkungan seperti apa yang bisa diaplikasikan?
Berikut cara menggunakan dan memilih material saat renovasi rumah yang ramah lingkungan dan tidak merusak lingkungan.
Baca Juga : 12 Plus Minus Beton Ringan, Material Dinding Rumah Pengganti Bata
1. Menggunakan material sisa
Memanfaatkan material bekas merupakan salah satu cara yang bisa dilakukan untuk memakai material ramah lingkungan.
Pemanfaatan material bekas pernah dilakukan aristek Ir. Eko Prawoto, saat membangun rumahnya.
Bangunan yang didominasi oleh unsur kayu ini, hampir seluruhnya menggunakan kayu bekas.
Dengan pemakaian kayu bekas, maka Eko berpendapat bahwa tak perlu lagi ada pohon yang ditebang.
Baca Juga : Manfaatkan Limbah, Material Teraso Ini Dibuat dari Plastik Daur Ulang
Selain pemakaian kayu, Eko juga memanfaatkan pecahan-pecahan keramik untuk desain kamar mandinya.
Lantai kamar mandi justru tampak indah dengan mosaik dari pecahan keramik.
2. Cat Kayu dengan pencampur air
Bahan kayu sangat lekat dengan elemen yang ada di rumah, mulai dari furnitur hingga material untuk pintu, jendela, dan rangka atap.
Kayu yang dipakai sebagai elemen tersebut harus diberi lapisan cat, terutama untuk furnitur.
Namun, cat untuk kayu umumnya menggunakan pengencer tiner.
Dengan bahan pengencer ini, tentu membuat cat ini tidak ramah lingkungan.
Baca Juga : Mau Ganti Wastafel?Ini Cara Memilih Material dan Posisi Pasangnya
Hal ini dikarenakan tiner beracun dan berbau.
Melihat permasalahan cat kayu ini, lantas beberapa produsen cat ada yang mengeluarkan produk cat kayu dengan pengencer air.
Cat dengan pengecer air tidak berbau sehingga setelah furnitur dicat maka furnitur itu bisa langsung diletakkan di dalam ruangan tanpa takut cat akan mengeluarkan bau.
Ini berbeda dengan cat kayu pengencer tiner yang akan menimbulkan bau setelah furnitur dicat.
Baca Juga : Material Satu Ini Bisa Mereduksi Panas, Begini Inspirasinya di rumah bergaya Industrial Tropis!
Cat kayu pengencer air juga tidak mengandung formaldehyde sehingga tidak beracun.
Ini juga berbeda dengan cat dengan pengencer tiner yang tidak aman bila kamu menghirup campuran cat tersebut.
3. Hemat pemakaian material
Berhemat memakai material juga merupakan langkah untuk membuat rumah tersebut menjadi rumah yang ramah lingkungan.
Berhemat material ini salah satu contohnya bisa dilakukan pada saat membuat dinding.
Baca Juga : Intip Material Vinyl untuk Hunian, Alternatif Mahalnya Lantai Kayu
Membuat dinding secara konvensional adalah dengan menggunakan pasangan bata lantas diplester dan diaci.
Namun, cara tersebut akan memboroskan pemakaian material, terutama material semen.
Untuk berhemat, kamu tidak perlu memberi lapisan plesteran pada pasangan bata tersebut.
Biarkan bata tersebut telanjang tanpa ada penutup acian maupun plesteran.
Dengan demikian pemakaian cat pun juga akan berkurang. (*)
Baca Juga : Mau Buat Furnitur Sendiri?Inilah Plus Minus 4 Jenis Material Rangka