RUMAH 146
IDEAonline - Apakah memiliki rumah yang sehat hanya pantas diupayakan bila lahan kita luas? Tidak. Rumah tipe 21 pun bisa dibuat menjadi sehat.
Sudah jadi impian setiap orang untuk bisa memiliki rumah di mana kita bisa hidup dengan sehat, hidup dengan nyaman.
Tapi seringkali keterbatasan lahan meluluhkan impian tersebut. Landasan berpikirnya adalah untuk hidup sehat dan nyaman, dibutuhkan lahan yang luas.
Baca Juga: Pakai Dua Jenis Lantai Ini di Dapur, Simak Kelebihan dan Kekurangannya
Sebenarnya itu adalah cara berpikir yang keliru. Kesehatan di dalam rumah tidak berkaitan dengan besar atau kecilnya bangunan.
Setiap rumah berhak dan layak untuk menjadi sehat.
Nah, masalahnya bagaimana membangun rumah yang sehat? Sederhananya, rumah bisa dikatakan sehat bila penghuninya bisa beraktivitas dengan nyaman dan bangunannya sendiri memenuhi kaidah kesehatan bangunan.
Yang dimaksud dengan beraktivitas nyaman adalah kita sanggup melakukan berbagai gerakan dengan nyaman tanpa terhalang oleh bangunan dan terganggu oleh anggota keluarga yang lain.
Sedangkan yang dimaksud dengan kaidah kesehatan bangunan lebih mengarah pada syarat-syarat fisik dalam hal pencahayaan dan pengudaraan.
Baca Juga: Inspirasi Ramah Lingkungan, Begini Desain Double Decker yang Dapat Digunakan pada Ruko
Departemen Pekerjaan Umum (PU) memiliki standar dan panduan dalam membangun rumah sehat, yang berlaku dalam skala nasional.
Nyaman Bergerak
Ketika berada di dalam rumah, kita melakukan serangkaian kegiatan, seperti memasak, makan, mencuci, tidur, bekerja, duduk, atau mandi.
Untuk melakukan semua kegiatan ini, ada ruang yang kita butuhkan. Menurut ketentuan rumah sehat yang ditetapkan oleh PU, ruang gerak yang dibutuhkan seseorang untuk mendapatkan kenyamanan adalah 9 m2.
Ini adalah luas minimal—tentunya semakin luas semakin baik—dengan asumsi tinggi plafon adalah standar, yaitu 2,8 m.
Berbekal syarat ini, maka untuk menghitung luas bangunan minimal yang harus kita miliki adalah dengan mengalikan syarat minimum tadi dengan jumlah anggota keluarga.
Untuk keluarga dengan 3 anggota misalnya, luas minimalnya menjadi 27 m2, sedangkan untuk keluarga dengan 4 anggota adalah 36 m2. Sedangkan untuk lahan (luas tanahnya), sampai dengan 4 anggota keluarga, 60 m2 dinilai cukup memenuni standar minimal.
Dari segi jumlah ruang, sebuah rumah harus memiliki minimal 3 ruang, yaitu satu ruang tertutup untuk kamar tidur, satu ruang publik untuk berbagai macam kegiatan anggota keluarga, dan satu kamar mandi.
Untuk kamar tidur, ukuran minimal untuk mendapatkan kenyamanan adalah 3 m x 3 m. Demikian pula untuk ruang publik.
Sedangkan untuk kamar mandi, dibutuhkan ruang minimal 1,2 m x 1,5 m untuk bisa menampung kegiatan mandi, mencuci, dan buang air.
Satu Jam Satu Hari
Rumah yang sehat adalah rumah yang memiliki lubang cahaya yang cukup. Tapi bagaimana menentukan berapa lubang cahaya yang dibutuhkan untuk rumah kita?
Yang dimaksud dengan lubang cahaya adalah akses tempat masuknya cahaya. Bentuknya bisa terbuka atau tidak terbuka, yang penting bisa diterobos oleh cahaya. Jendela “mati” (jendela kaca yang tidak bisa dibuka), termasuk kategori lubang pencahayaan.
Usahakan lubang cahaya yang ada di rumah Anda luasnya minimum sepersepuluh dari luas lantai ruangan.
Katakan luas rumah Anda 36 m2, berarti lubang cahaya yang harus Anda miliki adalah 3,6 m2.
Bila satu jendela ukurannya 120 cm x 80 cm, berarti dibutuhkan minimal 4 jendela di rumah tersebut (baik yang bisa dibuka maupun yang tidak).
Tapi satu hal yang perlu diingat, banyaknya lubang cahaya belum menjamin banyaknya sinar matahari yang masuk ke dalam rumah.
Baca Juga: Ada yang dari Bahan Daur Ulang, Begini Uniknya Ragam Pot Tanaman!
Bisa saja rute sinar matahari menuju jendela Anda terhalang oleh gedung atau rumah tetangga yang bertingkat tinggi.
Idealnya, dalam satu hari, bagian dalam rumah kita disinari cahaya matahari selama 1 jam, antara jam 8 pagi sampai jam 4 sore.
Karena itu bila kita ingin membangun rumah sendiri, penting untuk mengetahui lebih dulu arah hadap rumah kita, apakah ke utara, selatan, timur, atau barat.
Bentuk jendelanya sendiri bisa bervariasi. Setiap orang memiliki naluri untuk mengekspresikan dirinya melalui bangunan rumah tinggalnya.
Tapi sebuah jendela dikatakan efektif memasukkan cahaya matahari bila kusen bagian bawahnya berjarak 70-80 cm dari lantai. Bukan berarti tidak boleh membuat jendela panjang yang hampir mencapai lantai.
Toh pertimbangan kita membuat jendela bukan cuma dari segi pencahayaan. Ada pertimbangan pengudaraan dan juga estetika.
Udara Segar
Selain memiliki lubang cahaya yang cukup, rumah sehat wajib memiliki lubang udara yang juga cukup.
Berdasarkan ketentuan yang diberikan PU, idealnya sebuah rumah memiliki lubang udara minimal 5% dari luas lantai ruangan.
Lubang udara ini bisa berupa ventilasi, jendela, atau pintu, yang penting bisa dibuka tutup dan bisa menjadi jalan masuk udara.
Yang perlu diperhatikan, udara yang masuk dari luar ke dalam rumah, mestinya memiliki volume yang sama dengan udara yang mengalir dari dalam ke luar rumah.
Ini berarti udara di dalam rumah selalu tergantikan dengan udara dari luar.
Selain itu, posisi bukaan juga perlu diperhatikan. Jangan sampai udara yang masuk ke dalam rumah berasal dari dapur atau kamar mandi.
Udara dari dapur seringkali berupa asap (yang timbul dari aktivitas memasak), sedangkan udara dari kamar mandi seringkali berbau tidak sedap dan mungkin juga membawa bakteri.
Jangan Berlebih
Logikanya, semakin banyak kaca pada dinding akan semakin banyak cahaya yang masuk. Bahkan banyak orang mengaitkan hal ini dengan penghematan listrik.
Dengan cahaya yang berlimpah, kita tidak perlu lagi menghidupkan lampu di siang hari.
Tapi jangan terjebak dengan masalah ini. Ruang yang dibanjiri sinar matahari akan terasa panas. Apalagi bila rumah kita menghadap barat.
Rumah pun akan terasa kurang nyaman. Parahnya, banyak orang kemudian mengatasi rasa panas ini dengan menggunakan air conditioning (AC).
Mau sehat dan hemat jadinya malah tidak nyaman dan boros.
Jangan terlalu royal juga dengan bukaan udara.
Memang, semakin banyak bukaan berarti akan semakin lancar aliran udara dari dalam ke luar dan dari luar ke dalam.
Kelancaran sirkulasi udara ini juga bisa menjaga kelembapan udara di dalam ruang.
Tapi Anda juga perlu ingat, bukaan yang besar juga seringkali mengantarkan banyak debu dari luar ke dalam rumah.
Ini terutama berlaku pada rumah-rumah yang berada di tepi jalan raya. Debu, seperti kita tahu, bisa mengganggu saluran pernapasan atau menyebabkan alergi.
(*)