LaporanTabloidRUMAHEdisi 223
IDEAonline -Hati-hatilah ketika menempati rumah baru. Berbagai material yang digunakan dapat menjadi sumber penyakit bagi Anda dan keluarga. Bagaimana meminimalisasi efeknya?
Beragam cara dilakukan guna memenuhi kebutuhan tempat tinggal.
Entah membangun rumah sendiri atau membeli rumah yang sudah jadi.
Namun ada hal penting yang sering terabaikan berkaitan dengan rumah yang akan dihuni.
Salah satunya adalah material yang digunakan pada rumah tersebut.
Tanpa Anda sadari, material yang ada pada sebuah bangunan bisa menjadi sumber penyakit bagi Anda sekeluarga.
Kanker, alergi, gangguan pernapasan, ginjal, hati, adalah beberapa penyakit yang mungkin timbul akibat material bangunan.
Karena itu, bila Anda berencana membangun rumah, perhatikan benar materialnya.
Pilihlah material yang memiliki jaminan kesehatan dan lisensi ramah lingkungan.
Jangan menggunakan yang di bawah standar.
Namun, bagaimana bila kita membeli rumah yang sudah jadi?
Tak perlu berkecil hati, brosur dapat dijadikan panduan dalam mengetahui spesifikasi rumah.
Ya, selain gambar denah, tampak, dan siteplan, di dalam sebuah brosur harus terdapat spesifikasi material yang digunakan.
Misalnya dinding menggunakan bata dengan finishing cat.
“Walau sudah tertera di dalam brosur, Anda dapat menanyakan secara lebih detail lagi material jenis apa yang digunakan dalam proses membangun rumah,” ungkap Agung Salladin, Manajer Pengembangan dan Pemasaran Landed House, PT Wijaya Karya Realty.
“Jika ada keraguan, datangi langsung ke lokasi perumahan demi menyakinkan bahwa material yang digunakan adalah merek yang sama dengan yang disebutkan dalam brosur,” tambahnya.
Material Paling Diwaspadai
Akan tetapi, akan sangat merepotkan bila Anda harus menanyakan semua material yang digunakan untuk membangun rumah.
Jumlahnya terbilang banyak, dan mungkin sales yang melayani Anda juga keberatan bila harus menjelaskan satu demi satu.
Tapi paling tidak ada beberapa material utama yang perlu Anda cermati.
Pertama, cat. VOC (Volatile Organic Compound), timbal, dan merkuri, adalah 3 jenis bahan yang patut Anda waspadai.
Dalam komposisi tepat, bahan ini tak berbahaya.
Jika berlebih, bahan ini dapat mengakibatkan kanker.
Yang termasuk dalam kategori VOC di antaranya solvent dan tiner.
VOC ditandai dengan bau.
Walaupun menurut Emeralda, Corporate Communication Manager PT ICI Paints Indonesia, cat yang tidak berbau belum tentu bebas VOC.
Cat dengan merek ternama cukup bertanggung jawab dalam menggunakan bahan-bahan tersebut dibandingkan cat oplosan yang tak diketahui mereknya.
Anda yang membeli rumah di perumahan, selain dapat menanyakan dan melihat langsung ke lapangan, juga dapat melakukan trik berikut ini.
Cat yang baik tidak luntur saat dipegang, memiliki permukaan yang halus dan rata, warna mentereng dalam konteks wajar, serta bau yang tidak terlalu menyengat.
Selain itu, jika mata Anda terasa perih apalagi sampai mengalami iritasi, bisa jadi itu adalah indikasi bahwa cat yang digunakan memiliki kandungan racun yang cukup tinggi.
Kedua, kayu. Pada dasarnya kayu adalah material alam yang ramah lingkungan.
Tingginya permintaan pasar, seolah memaksa kayu diproses sebelum waktunya.
Proses pengeringan, pengawetan, hingga pelapisan yang menggunakan berbagai macam bahan kimia membuat kayu menjadi tidak ramah lingkungan.
Yang patut diwaspadai adalah penggunaan ter berlebihan pada proses pengawetan.
Ciri-cirinya bau yang menyengat hingga hidung dan mata terasa perih.
Jika Anda ingin membangun rumah, sebaiknya gantikan kayu dengan material lainnya seperti beton precast, aluminium atau besi hollow.
Menghindari penggunaan kayu berarti Anda turut berpartisipasi melindungi pepohonan.
Ketiga, keramik. Frankie Irawan, Project Sales Manager PT Niro Ceramic Sales Indonesia, menuturkan bahwa semakin putih keramik, semakin tinggi bahaya radioaktif yang dikandungnya.
“Semakin putih, keramik banyak mengandung zirconium.
Zirconium ini bisa memberi efek buruk, karena dalam jangka waktu panjang bisa menyebabkan kanker kulit.
Padahal kebiasaan masyarakat kita, misalnya anak-anak, suka berguling-guling di lantai,” papar Frankie.
Di sisi lain, mengurangi penggunaan keramik berwarna putih juga tidak mudah.
Tren yang berkembang membuat permintaan akan keramik berwarna putih terbilang sangat tinggi.
Untuk itu, ia menyarankan, konsumen harus semakin jeli menanyakan kepada produsen, apakah produk keramiknya telah memiliki sertifikat bebas radioaktif atau belum.
(*)