IDEAOnline-Tak dapat dimungkiri bahwa perekonomian global, termasuk Indonesia, tengah bergejolak lantaran gempuran pandemi.
Hingga kini, tidak ada yang tahu sampai kapan kondisi ini akan berlangsung.
Guna mengantisipasi dampak yang tidak diinginkan, investasi menjadi salah satu cara jitu untuk menyelamatkan keuangan sekaligus sebagai jaminan akan ketidakpastian masa depan.
Menukil Kontan, pakar investasi Freddy Tedja mengatakan, memilih untuk memegang uang tunai memang membuat kita bisa dengan mudah menggunakannya jika ada kebutuhan mendesak.
Namun demikian, Freddy mengingatkan, nilai uang tidak akan berkembang dan justru tergerus inflasi.
“Jadi, tetaplah berinvestasi sesuai profil risiko untuk mencapai tujuan investasi jangka panjang,” katanya.
Lagi pula, pemerintah sudah memberlakukan aturan agar masyarakatnya tetap berada di rumah.
Ini berarti, sejumlah pengeluaran, sepertitravelling, ngopi-ngopi, nongkrong, nonton bioskop, dan mudik dapat kamu alokasikan untuk investasi.
Baca Juga: Berbagi IDEA Tips Kewaspadaan agar Tak Menyesal Membeli Rumah Lelang
Nah, berikut adalah tiga pilihan investasi dengan keuntungan menjanjikan alias profitable yang bisa kamu pilih.
1. Properti
Produk properti seperti hunian merupakan salah satu jenis investasi aman karena faktor kebutuhan dan harganya yang selalu naik.
Dengan begitu, kamu bisa mendapatkan dua keuntungan sekaligus, yaitu pendapatan sewa dan capital gain.
Terlebih lagi, pasar properti saat ini sedang gencar-gencarnya menawarkan berbagai promo, bonus, dan kemudahan-kemudahan lainnya.
Dilansir dari Kompas.com, Country Manager Rumah.com Marine Novita menuturkan, secara historikal penjualan properti relatif cenderung turun saat bulan Ramadhan.
Pola tersebut, kata Marine, terbentuk dari kebiasaan para calon pembeli yang menunda melakukan transaksi hingga satu bulan setelah Lebaran, bahkan hingga mendekati tahun baru.
"Apalagi seperti saat ini sedang berlangsung pandemi, maka penjualan properti akan semakin turun dibandingkan periode Ramadhan sebelumnya," terang Marine.
Melihat tren seperti itu, di mana pasar properti cenderung berpihak pada pembeli, Marine mengungkapkan, kondisi tersebut bisa dimanfaatkan para pencari properti untuk mendapatkan rumah dengan harga terbaik.
Baca Juga: Lebih Berisiko, 5 Hal Wajib Tahu Jika Membeli Lahan untuk Investasi
2. Emas
Dilansir Kontan, emas menjadi instrumen investasi paling bersinar dan mendapat cuan selama kuartal pertama 2020.
Bahkan, prediksinya akan terus dilirik jika ketidakpastian ekonomi akibat wabah masih berlanjut.
Sama seperti properti, logam mulia merupakan salah satu instrumen investasi yang juga terbilang aman karena minim risiko.
Hal tersebut dilihat dari harga emas yang relatif stabil, malahan cenderung naik dari waktu ke waktu, sehingga kamu akan mendapatkan keuntungan lebih tinggi ketika menjualnya kembali.
Emas juga menjadi jenis investasi yang paling liquid alias mudah dicairkan kapan saja, sehingga memudahkan kamu ketika tengah menghadapi situasi darurat.
Meski begitu, sebelum memutuskan untuk berinvestasi pada logam mulia, kamu perlu mempertimbangkan dua hal.
Pertama, harga jual dan buyback–nilai yang berlaku ketika kamu menjual kembali emas kepada gerai logam mulia.
Kedua, jangka investasi.
Menilik berita Kompas.com, Kamis (16/4/2020), harga jual emas batangan PT Aneka Tambang (Antam) per hari itu berada di angka Rp 939.000 per gram dengan nilai buyback Rp837.000.
Bila merujuk data tersebut, maka begini ilustrasinya.
Kamu membeli emas pada siangnya, tapi dalam beberapa saat kemudian harus menjualnya kembali lantaran kebutuhan mendesak, maka akan ada selisih cukup besar antara harga jual dan harga buyback.
Itulah mengapa pergerakan harga dan jangka investasi perlu dipertimbangkan.
Dengan harga yang cenderung mengalami kenaikan, maka emas lebih cocok dijadikan investasi jangka panjang.
Baca Juga: Plus Minus Investasi Rumah Vs Investasi Lahan, Mau Pilih Mana?
3. Saham
Penurunan sekitar 30 persen Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang terjadi pada awal Maret 2020 membuat harga saham menjadi murah.
Kondisi serupa masih berlanjut hingga Rabu (15/4/2020), di mana indikator kinerja bursa saham merosot 1,71 persen dan berhenti di 4625,9.
Jika dihitung sejak awal 2020, artinya, IHSG masih minus 26,57 persen, sebagaimana dilansir Kontan, Kamis (16/4/2020).
Melihat pergerakan IHSG yang merosot seperti itu, praktisi bisnis Rhenald Kasali mengatakan, kondisi tersebut bisa dimanfaatkan untuk berinvestasi saham.
Pasalnya, ini adalah momen ketika pasar saham "sedang diskon".
“Ketika harga saham sedang murah, (ini menjadi) kesempatan untuk membeli (saham). (Namun) dengan syarat dan ketentuan berlaku tentunya, terutama dengan saham-saham blue chip, saham-saham yang governance-nya baik, bukan saham-saham 'gorengan'," kata Rhenald, seperti dirilis Kompas.com.
Baca Juga: Membidik Rumah yang Mau Dibeli, 4 Hal Ini Wajib Dipastikan Aman
Meski begitu, Rhenald memberi sedikit catatan.
Ia menyarankan untuk menjadikan saham sebagai investasi jangka panjang (long term) bukan jangka pendek (short term).
Hal ini mengingat tujuan akhir berinvestasi adalah untuk mengumpulkan kekayaan, sehingga membutuhkan waktu.
Lagi pula, lanjut Rhenald, itu didasari pertimbangan saham-saham yang mengalami penurunan drastis kemungkinan akan kembali menguat beberapa tahun ke depan.Artikel ini telah tayang di Kompas.comdengan judul "Deretan Investasi Laris Manis di Tengah Pandemi"
#BerbagiIDEA #Berbagicerita #BisadariRumah #GridNetwork
(*)