IDEAOnline-Listrik sudah menjadi kebutuhan dasar masyarakat saat ini.
Seluruh aktivitas masyarakat ditopang oleh pasokan listrik.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan PT PLN (Persero) menargetkan penambahan pasokan listrik sebesar 56,4 ribu Mega Watt (MW) dalam 10 tahun ke depan.
Hal ini tercantum dalam Rancangan Usaha Penyedia Tenaga Listrik (RUPTL) 2019-2028.
Namun, kebutuhan akan listrik pun terus bertambah di masyarakat.
Menteri ESDM mengatakan, dalam RUPTL 2019-2028 diproyeksikan rata-rata pertumbuhan konsumsi listrik 6-7 persen.
Dalam acuan program kelistrikan nasional selama 10 tahun ke depan, porsi batu bara dalam bauran energi sebesar 54,6 persen, Energi Baru Terbarukan 23 persen, gas 22 persen dan Bahan Bakar Minyak (BBM) sebesar 0,4 persen.
Baca Juga: Dilengkapi dengan Panel Surya 1.200 Watt, Tilik Interior Trailer Mewah Seharga Rp2,8 Miliar
Ketergantungan BBM untuk memproduksi listrik memang sebaiknya diminimalkan sehingga produksi listrik akan murah dan bisa menjangkau semua masyarakat hingga pelosok pedesaan.
Untuk mengurangi ketergantungan BBM sebagai penghasil listrik, seyogyanya ada gerakan kemandirian listrik dengan memanfaatkan energi sumber daya alam yang tiada habisnya.
Salah satunya adalah pemanfaatan energi sinar matahari untuk diolah menjadi energi listrik.
Tak banyak orang, khususnya yang mampu membeli teknologi ini, sadar akan pentingnya menghemat listrik dengan menggunakan teknologi panel solar.
Sudah banyak pihak swasta yang mengembangkan listrik dengan memanfaatkan energi matahari, tak terkecuali para pengembang.
Seperti yang pernah dilakukan oleh PT Alam Sutera Realty, Tbk (ASRI), pengembang perumahan Alam Sutra, Serpong, Tangerang, yang bekerja sama dengan Balai Besar Teknologi Energi.
ASRI mengembangkan dan memasarkan rumah dengan menerapkan teknologi energi matahari yang bernama Rumah Energi Surya (RES).
Rumah-rumah ini menggunakan solar panel untuk mengolah energi matahari menjadi energi listrik.
Teknologi ini kerap disebut sebagai teknologi photovoltaic.
Baca Juga: Mandi Air Hangat, Pilih Pemanas Air Listrik, Gas, atau Tenaga Surya?
Photovoltaic adalah proses perubahan energi cahaya menjadi energi listrik menggunakan panel surya. Teknologi ini pertama kali ditemukan oleh fisikawan Perancis, A. E. Becquerel, pada tahun tahun 1839.
Sedangkan panel surya itu sendiri dibuat pertama kali oleh Charles Fritts pada tahun 1883.
Charles membungkus semikonduktor selenium dengan lapisan emas tipis.
Penemuan ini kemudian diperbaharui oleh Bell Laboratories pada tahun 1954.
Semikonduktornya menggunakan silikon dengan campuran tertentu yang sangat peka terhadap sinar matahari.
Teknologi Photovoltaic pertama kali diterapkan di satelit Amerika Serikat, Vanguard 1, yang diluncurkan Mei 1958.
Rumah Energi Surya dibuat sebagai salah satu bentuk komitmen untuk turut berperan aktif memerangi pemanasan global.
Teknologi panel surya untuk rumah tinggal sangat tepat digunakan di saat terjadi krisis energi listrik.
Sinar matahari sebagai energi utama penghasil listrik sangat berlimpah.
Jika dihitung, energinya sekitar 89 petawatt ( x 1015 W).
Selain energinya melimpah, teknologi ini bebas polusi karena tidak memerlukan BBM dan proses pengoperasiannya tidak membutuhkan penanganan yang rumit.
Baca Juga: Akhiri Kemiskinan Cahaya dengan Listrik Tenaga Surya, Tolong 20 Desa
Tersimpan di Dalam Baterai
Penggunaan energi listrik dari panel surya sangat mudah diterapkan karena listrik yang dipakai di setiap rumah dikombinasikan antara solar panel dan listrik dari PLN.
Artinya, solar panel ini bisa dipakai bersamaan dengan listrik dari PLN maupun tidak.
Prinsip kerjanya sederhana.
Peralatan yang dibutuhkannya pun tidak banyak, mulai dari solar panel, charge controller, inverter, dan baterai berupa aki.
Secara umum, listrik yang dihasilkan berasal dari tenaga foton sinar matahari.
Tenaga foton yang menyentuh permukaan panel surya kemudian diserap oleh bahan-bahan semikonduktor seperti silikon.
Tenaga yang diserap ini kemudian diolah dan disimpan di dalam baterai dalam bentuk tegangan listrik searah (Direct Current-DC).
Arus listrik yang masuk dan tersimpan di dalam baterai dikontrol dengan alat charge controller.
Agar tegangan listriknya bisa dipakai untuk keperluan rumah tangga, listrik ini kemudian dikonversikan menjadi tenaga listrik bolak-balik (alternating current-AC) melalui alat yang bernama inverter.
Tegangan listrik AC yang keluar ini lalu siap dipakai untuk keperluan rumah tangga mulai dari penerangan hingga menyalakan peralatan rumah tangga.
Baca Juga: Memanfaatkan Sumber Daya Alam, Ini Teknologi Terbaru Panel Surya yang Dibuat Tim Insinyur Tiongkok!
Pemakaiannya Terbatas
Meski sumber energinya tidak terbatas, pemakaian panel surya untuk menghasilkan listrik dari sinar matahari sangat terbatas.
Artinya, energi sinar matahari dapat tersimpan apabila ada sinar matahari yang mengenai permukaan panel surya.
Jika seharian mendung, maka baterai tidak akan banyak menyimpan energi listrik.
Terbatasnya pemakaian panel surya juga dilihat dari sisi investasi.
Biaya awal pemasangan jauh lebih tinggi daripada pemasangan listrik dari PLN sehingg tak banyak orang yang memakainya.
Bagi yang berkecukupan secara ekonomi, tidak ada salahnya jika menggunakan sistem panel surya untuk menghemat energi.
Di samping itu, teknologi ini juga cocok diterapkan di beberapa wilayah pedalaman di Indonesia yang belum teraliri listrik dari PLN.
Baca Juga: Perlu Tambah Daya Listrik? Keamanan Paling Utama, Ini Caranya!