Meski tak dilakukannya sendiri tetapi oleh asisten rumah tangganya, namun bekal pesan pengetahuan, teladan dan contoh, serta supervisi dilakukannya secara ketat.
Soal hidup bersih, pesan dan teladan yang diberikannya misalnya, bagaimana anak-anak dapat menggunakan kamar mandi dan toilet dengan benar dan buang air kecil di tempat yang tepat, menyiram dengan benar, dan tidak meninggalkan kotoran dalam bentuk apapun ketika keluar dari kamar mandi.
Juga, bagaimana mereka menjaga diri mereka agar tak memberi kesempatan bakteri mengganggu mereka.
Ayu tak menampik, meski di rumah bersih, namun kegiatan di luar rumah saat mereka bermain di tempat umum seperti mal atau play ground, tentu sangat mudah mereka terkena kuman, entah dari sentuhan tangan atau anggota badan lainnya.
Baca Juga: Ini Cara Menyiasati Kamar Mandi Mungil agar Terlihat Lebih Lapang
Baca Juga: Bersih-bersih Kamar Mandi, Kenali Kotoran Pemicu Kuman dan Cara Basminya
Yang dipesankan Ayu pun cukup sederhana, anak-anaknya dibiasakan tidak memegang hidung atau mulut sehabis main di tempat umum, sebelum mereka cuci tangan dan membersihkan badan secara benar terlebih dahulu.
Sebuah kesadaran akan kebersihan ditanamkan dengan sangat sederhana, bahwa kamar mandi yang licin adalah tanda kotor.
Namun, rupanya semua pesan dan kebiasaan itu menjadikan anak-anak Ayu “jijikan” (gampang jijik), dan ini sempat bikin Ayu khawatir.
“Dulu awalnya menginjak pasir saja jijik, kena tanah jijik, dsb. Jadi repot kan kalau begitu, jadi ga berani ngapa-ngapain kan,” tambahnya.
Tak hilang akal, Ayu pun memberi pengertian dan pemahaman kepada mereka, bahwa bersinggungan dengan pasir atau apapun tidak jadi soal, asal setelahnya harus cuci tangan dan bersihkan badan dengan baik dan benar.