IDEAonline –Membangun rumah dengan material bekas seringkali justru memberikan hasil yang lebih baik. Cuma memang dibutuhkan ketelatenan, kejelian, dan kreativitas.
Barangkali tidak ada yang mengalahkan serunya pengalaman Ir. Umar Muslimin dan Elvira Hardiana dalam membangun rumah.
Dibantu oleh seorang arsitek dalam penataan ruangnya, Dibantu seorang sahabat karib, Yani Cahyono yang juga tinggal dalam kompleks yang sama, pengembangan rumah ini diwarnai perburuan material bekas berikut segalaperabotnya.
Bagi 3 serangkai ini—Umar, Vira, dan Yani—material bekas memiliki serangkaian keunggulan yang tidak dimiliki material baru.
Selain harganya jauh lebih ekonomis, kualitasnya juga lebih baik. Kayu jati, misalnya, produk jaman dulunya (alias bekas rumah- rumah tua), justru memiliki kualitas lebih baik ketimbang kayu jati “keluaran” baru.
Jatinya tua, dan karena biasanya diletakkan begitu saja di ruang terbuka, terguyur panas dan hujan, jati ini malah justru menjadi kering sempurna melebihi kayu yang dioven.
Artinya, kayu ini tidak akan lagi mengalami muai susut. Dari segi tampilan, kayu-kayu tua ini juga tidak mengecewakan, asal pintarpintar memolesnya.
Tapi membangun rumah dengan material bekas tentu saja harus diakui lebih merepotkan dibandingkan menggunakan material baru.