IDEAonline – Bila ikan punya standar air bersih untuk bisa bertahan hidup dan tanaman membutuhkan air yang cukup untuk bisa menumbuhkan daundaunnya dengan sehat, bagaimana dengan manusia?
Manusia pun demikian; masalah kuantitas dan kualitas air sangat penting dalam perjalanan hidupnya.
Baca Juga: Jangan Sembarangan Pilih Material Furnitur di Kamar Anak, Bisa Berakibat Fatal!
Baca Juga: Kontrak Kerja saat Gunakan Arsitek atau Kontraktor, Apa Saja Isinya?
Untuk bisa hidup dengan sehat, menurut Zainal I. Nampira (Kasubdit Penyehatan Air Direktorat Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan), seorang manusia dewasa membutuhkan air bersih sedikitnya 50 liter per hari; 5 liter untuk minum, 10 liter untuk pengolahan makanan (memasak), 20 liter untuk sanitasi umum (cuci, menggelontor), dan 15 liter untuk sanitasi perorangan (mandi, cuci muka, cuci tangan).
Bila satu rumah dihuni satu keluarga dengan 5 orang anggota maka di rumah tersebut dibutuhkan air bersih sebanyak 250 liter per hari.
Itu baru soal kuantitas.
Bagaimana dengan kualitasnya? Sumber air yang umum digunakan orang adalah air tanah dan air PAM. Nah, bagaimana bila air tanah di tempat tinggal kita buruk sementara PAM belum ada?
Dina, seorang karyawati yang tinggal di kawasan Tanjung Priok, sebelum ada PAM selalu membeli air pikulan (yang katanya berasal dari Bogor) untuk air minum.
Ini karena air tanah di rumahnya asin sehingga tidak bisa dibuat air minum sedangkan PAM belum masuk ke wilayah ini.
Sedangkan Lita, ibu satu anak yang tinggal di perumahan di kawasan Cimanggis, Depok, menggantungkan hampir semua kebutuhan airnya pada air pikulan karena air di perumahannya berwarna kuning, sehingga untuk mencuci baju pun tidak bisa.