“Kalau bukan kita, lalu siapa yang bisa melakukan perubahan ini?” kata Ira.
Tian menyebutkan, dari survei yang dilakukan HII pada 2017 terungkap bahwa sebetulnya 98,3% anak muda perkotaan tahu kondisi hutan sedang tidak baik-baik saja. Pada 2020 survei Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) mengungkap bahwa 89% warga muda aktif merasa khawatir tentang dampak krisis iklim.
“Ini membuktikan bahwa mereka sebenarnya sudahawaresoal isu lingkungan. Hanya saja, kesadaran itu belum ditambah dengan pengetahuan yang memadai,” katanya.
Dari konten TikTok terkait kelestarian hutan yang dibuatnya, Ira juga mendapatkan gambaran bahwa pengetahuan remaja tentang perubahan iklim masih perlu ditingkatkan.
Sebagai contoh, dari komentar-komentar mengenai perubahan iklim, masih banyak yang mempersepsi bahwa perubahan iklim adalah perubahan cuaca.
Karena itu, Iramendorong kaum muda untuk lebih banyak melakukan riset tentang isu penting tersebut dan bergabung dengan berbagai gerakan cinta lingkungan.
Baca Juga: Tidak Hanya Ramah Lingkungan, Ini Berbagai Keunggulan Furnitur Bambu
3. Kreatif bikin konten positif.
Menyadari bahwa bumi ini perlu dijaga bareng-bareng, Ira pun mengajak anak muda untuk mulai peduli dan bergerak dengan cara membuat konten yang seru.
“Kalau sudah mengakses media sosial lebih dari tiga jam sehari, sudah saatnya kita berperan jadicreator. Tidak perlu pakaigadgetyang canggih, kok. Yang penting, konsep kontennya harus dipikirkan dengan matang. Pastikan konten itu bermanfaat, bukan demi mengejar jumlahfolloweratauview. Nanti malah stres sendiri,” kata Ira, yang mendapatkan data bahwa mahasiswanyascrolldi media sosial antara enam hingga delapan jam sehari.
DiplatformTikTok, konten Ira sudah berkali-kali menunjukkan performa yang bagus dengan masuk dalam FYP (For Your Page). Apa rahasianya?