Bagi pengembang, padatnya Bekasi, ternyata justru merupakan berkah. Alih-alih masalah, populasi banyak sama halnya dengan potensi pasar. Ini sekaligus juga dianggap sebagai peluang usaha dan bisnis pengembangan properti.
Komisaris ISPI Group Preadi Ekarto mengungkapkan, setiap akhir pekan, khususnya mulai Jumat malam, akses masuk dan keluar Bekasi Timur sangat padat. Penduduk setempat bisa "terjebak" lama di dalam kawasan tersebut.
Hal ini menciptakan peluang usaha. Dengan sulitnya akses menuju pusat kota pada waktu-waktu tertentu, menurutnya penduduk Bekasi Timur akan membutuhkan pusat ritel dan hiburan mandiri.
Sebagai catatan, Bekasi sebenarnya sudah memiliki cukup banyak pusat perbelanjaan. Menurut laporanKompas.com, hingga 2016 nanti Kota Bekasi akan memiliki20 pusat perbelanjaan modern.
Menanggapi hal ini, pengamat perkotaan sekaligus akademisi dari Universitas Trisakti, Yayat Supriatna mengungkapkan bahwa semua orang, termasuk penduduk Bekasi, membutuhkan variasi. Tidak hanya pusat perbelanjaan, mereka juga butuh pusat rekreasi baru.
"Bekasi memang harus menambah pusat rekreasi baru. Bekasi itu sebetulnya sebagai daerah wisata tidak semenarik Puncak, kecuali bisa menarik pengunjung dengan hal baru," ujar Yayat padaKompas.com,Sabtu (22/2/2014).
Rumah murah
Bekasi bisa menarik pengunjung dan pemilik modal ketika jumlah kelas menengah semakin banyak. Di sana bisa dibangun pusat bisnis baru, pusat hiburan baru, kuliner baru, bahkan Bekasi juga bisa terkenal dengan mengembangkan sentra perumahan murah. Perumahan ini bisa menjadi solusi hunian bagi para pekerja pabrik, sekaligus menjadi ciri kawasan.
"Kalau Bekasi bisa ditata, sangat menarik," ujar Yayat.
Yayat juga membayangkan, ketika Bekasi sudah penuh dengan berbagai fasilitas, makin lama penduduk Bekasi juga akan enggan melakukan perjalanan ulang alik menuju Jakarta tiap hari. Terlebih, jumlah gaji dan UMP di Bekasi tidak jauh berbeda dari Jakarta.
"Buat apa kerja dan bersosialisasi di Jakarta?" tandasnya.
Foto: Warta Kota/angga bhagya nugraha