Selain itu, Anita juga menemukan kecenderungan lain bahwa orang Indonesia silau dengan apa yang dibawa orang lain. Misalnya, orang Barat mengembangkan kawasan wisata. Tak sedikit masyarakat terkagum-kagum melihat orang asing membangun di Bali.
"Mereka melihat bagusnya konstruksi bangunan dari bambu, kemudian mereka kirim ke Amerika. Setelah itu, baru orang Indonesia kaya yang ingin ikut. Padahal, kami ini di Puskim terus berusaha menekan biayanya supaya bisa terjangkau oleh masyarakat. Nah, ini tantangan lagi, bahwa secara sosial kita juga memang harus didik masyarakat," ucap Anita.
Sementara itu, menurut Mukoddas, penggunaan bambu dalam konstruksi sangat ramah lingkungan karena berasal dari alam dibandingkan menggunakan bahan logam, besi, kawat, fiber, atau bahkan plastik yang sering dipergunakan pada bahan bangunan.
Dia mengatakan, komunitasnya saat ini mulai memproduksi sepeda bambu dalam arti frame(kerangka) sepeda terbuat dari bambu, sedangkan lainnya tetap menggunakan komponen sepeda. Bahkan, untuk framebambu tersebut ia berani memberikan jaminan kuat. Dalam waktu dekat, lanjut dia, hasil karyanya dari bambu itu akan dipresentasikan di Norwegia dalam waktu dekat.
"Bambu ini tanaman yang mengikat air, daunnya rimbun dapat menahan air hujan sedangkan akar dan batangnya dapat menyimpan air, sehingga halaman rumah yang memiliki bambu biasanya sumurnya tidak pernah kesulitan air," ujarnya.
Dengan demikian, lanjut Mukoddas, bambu dapat dipergunakan untuk menghindarkan erosi di bantaran sungai. Dibandingkan harus menggunakan beton, bambu dapat menjadi terucuk alami karena akarnya akan menghujam ke dalam tanah.
Mukoddas mengatakan, visinya hingga 2025 adalah masyarakat semakin bangga akan bambu Indonesia, yakni dengan memiliki 32.000 hektar tanaman bambu yang dapat dimanfaatkan sebagai sandang, pangan, dan papan. Jepang, kata Mukoddas, saat ini telah memiliki produk kain menggunakan serat bambu yang ternyata jauh lebih kuat dibandingkan bahan katun serta lebih nyaman dipergunakan."Selain mudah dipelihara dan gampang tumbuh, bambu juga menghasilkan oksigen 35 persen lebih besar dibanding tanaman lain, dan menyerap karbondioksida lebih ?banyak, serta mampu menyerap bau," ujarnya.
Sumber: properti.kompas.com