Mayoritas struktur atap rumah menggunakan seng yang ringan, dan bukan genteng berat seperti di Jawa.
Struktur tulangan sederhana juga sudah diterapkan di rumah-rumah masyarakat Palu.
Bahkan mayoritas bangunan yang "hanya" mendapat serangan gempa masih dapat berdiri. Berbeda dengan bangunan di Jawa pada umumnya.
"Namun, gempa bermagnitudo 7,4 memang sangat 'benci' dengan bangunan bertingkat, mayoritas bangunan bertingkat menggunakan rigid frame, dan menjadi santapan gempa," tambah pria yang memiliki spesialisasi di urban planning dan disaster resillience ini.
Baca Juga : Beda Karakter, Seperi Ini Gaya Interior si Zodiak Scorpio dan Sagitarius
Baca Juga : Ide Desain Rumah Murah ala Gad Line Studio, Rp 300 Ribuan Per Meter Persegi
Rifai menceritakan, hingga tahun 2000-an, bangunan di Palu mayoritas hanya memiliki dua lantai.
Bangunan baru, seperti Hotel Roa-roa dan Santika, dengan lebih dari tiga lantai merupakan hal yang baru dikenal setelah waktu tersebut.(*) Artikel ini telah tayang di kompas.com dengan judul Bangunan di Palu Rawan Roboh, Begini Penyebabnya.