"Nah dengan mereka menghirup ini, mereka merasa lebih plong. Jadi ada teman yang tadinya memerlukan oksigen, dengan ini bisa menghirup (oksigen) sampai ke paru-paru," imbuhnya.
Dalam beberapa jurnal ilmiah yang telah diterbitkan, kata Evi, eucaplyptus terbukti memiliki kemampuan anti-virus dan anti-inflamasi.
"Jadi kalau orang yang punya gangguan pernapasan kan cenderung bengkak paru-parunya. Nah ini (eucalyptus) bisa menekan gejala pembengkakan itu," ujar Evi.
Selain itu, eucalyptus juga memiliki kemampuan untuk mengencerkan dahak dan meningkatkan imunitas.
Kenapa dibuat kalung?
Evi mengatakan, bagian eucalyptus yang dapat bekerja efektif dan memberi manfaat adalah minyaknya, dengan cara dihirup.
"Makanya kami punya yang inhaler, dihirup langsung ke hidung. Atau roll on, kalau kami praktisme dioleskan ke masker itu bisa terhirup cukup intens aromanya," katanya.
Namun karena banyak orang yang tidak selalu membawa inhaler atau roll on, akhirnya Kementan membuat dengan bentuk kalung.
"Kita bentuk kalung, kemudian si aroma terapinya kita (masukkan) dalam kapsul sehingga wanginya lebih tahan lama. Jadi dia (pemakai) bisa langsung hirup (aroma eucalyptus)," ujar Evi.
"Dihirup 15 menit setiap dua jam itu sudah cukup," imbuh Evi.
"Jadi bukan pakai kalung, terus virusnya mati semua di sekeliling kita. Enggak begitu cara kerjanya." Dengan kalung ini, diharapkan orang tidak lupa untuk membawa eucalyptus.
Baca Juga: Amankah Melakukan Vaksinasi Anak di Saat Covid-19? Ini 5 Anjuran IDAI