Ancaman kebakaran hutan juga diprediksi lebih banyak dialami anak-anak kelahiran 2020 dibanding generasi kelahiran 1960.
Secara global, rata-rata risiko kebakaran hutan 2 kali lebih tinggi.
Risiko tertinggi kemungkinan besar dialami anak-anak yang tinggal di Eropa dan Rusia Tengah, yakni 1,7 kali lebih banyak.
Sementara di kawasan Asia Timur dan Asia Pasifik, ancamannya 1,5 kali lebih banyak.
CEO Save the Children Indonesia Selina Patta Sumbung mengatakan, dampak krisis iklim ini akan dirasakan lebih bruuk pada anak-anak yang hidup dalam lingkaran kemiskinan.
"Karena mereka sudah lebih dulu terpapar risiko yang jauh lebih besar seperti keterbatasan air, kelaparan, dan bahkan terancam menghadapi kematian karena kekurangan gizi,” ungkap Selina.
Tak hanya itu, dampak krisis iklim secara tidak langsung membuat jutaan anak dan keluarga masuk dalam kemiskinan jangka panjang.
Baca Juga: Manfaat Green Roof dalam Konsep Rumah Tropis dan Tips Penerapannya
Selena memaparkan, anak-anak di Indonesia akan menjadi salah satu yang terkena dampak terburuk dari krisis iklim ini.
"Sebab itu, tanpa tindakan yang segera, kita akan menyerahkan masa depan yang suram dan mematikan pada anak-anak kita," sambungnya.
Save the Children berharap laporan tersebut mampu menyerukan tindakan dan aksi yang harus dilakukan segera untuk melindungi hak anak.
Dalam proyeksi mereka, masih ada waktu untuk mengubah prediksi masa depan yang suram ini.