Sedangkan bila pada infeksi pertama harus dirawat di rumah sakit, pasien akan memerlukan perawatan intensif saat reinfeksi, terutama kalangan lansia yang memiliki penyakit penyerta.
Namun beberapa penelitian lain menemukan tidak ada perbedaan gejala antara infeksi pertama dan kedua.
Malah ada pasien yang gejalanya lebih ringan ketika terkena reinfeksi Covid-19. Salah satu faktor yang diduga berpengaruh adalah sistem imun.
Jadi jika imun yang terbentuk dari infeksi pertama masih kuat dan bisa melawan, gejalanya akan ringan atau bahkan tak ada.
Sedangkan bila imun sudah lemah atau tak dapat menemukan virus yang menyerang, gejalanya bisa lebih berat.
Jadi pertanyaannya, berapa lama antibodi bisa bertahan untuk melawan Covid-19?
Sistem imun yang terbentuk dari infeksi pertama akan mengingat karakter virus yang menyerang. Namun, ada kemungkinan sistem antibodi itu lupa atau tak mengenali bila bertemu virus dengan varian berbeda.
Lantaran virus Covid-19 tergolong sebagai jenis baru, belum ada penelitian yang bisa memastikan berapa lama antibodi dapat bertahan, baik antibodi yang terbentuk alami akibat infeksi Covid-19 maupun yang berasal dari vaksinasi.
Sejumlah kasus reinfeksi Covid-19 juga belum bisa ditarik kesimpulannya karena jarak antara infeksi pertama dan kedua yang dilaporkan bervariasi.
Ada yang baru dua bulan negatif ternyata terinfeksi lagi. Ada juga reinfeksi yang terjadi setelah setahun sembuh. Penelitian masih berlangsung untuk memahaminya lebih lanjut.
Artikel ini telah tayang di Health.grid.id dengan judul “Apakah Reinfeksi Covid-19, Siapa Paling Berisiko, Gejalanya Lebih Parah?”.
Baca Juga: Pandemi Covid-19 di Indonesia akan Berakhir bila Tidak Ada Lonjakan Kasus pada Desember-Januari!