IDEAOnline- Kita sering mendengar bahwa seseorang yang telah sembuh dari Covid-19 telah mengembangkan antibodi terhadap virus tersebut.
Namun, ini tidak menjadi alasan untuk meremehkan Covid-19 bagi para penyintas Covid-19.
Nyatanya, seseorang yang sudah sembuh dari Covid-19 pun bisa kembali terinfeksi Covid-19.
Ada istilah yang kita sebut reinfeksi Covid-19, yang berbeda dengan re-positif.
Reinfeksi Covid-19 terjadi ketika seseorang yang sudah sembuh dari infeksi virus corona di kemudian hari terinfeksi lagi oleh virus yang berbeda.
Yang harus kita ketahui adalah, reinfeksi berbeda dengan re-positif atau reaktivasi virus, yakni kondisi ketika virus corona yang masih tersisa di tubuh menginfeksi orang itu lagi.
Artinya, infeksi disebabkan oleh virus dengan struktur yang sama.
Untuk membedakan antara reinfeksi dan re-positif/reaktivasi, harus ada pengambilan sampel untuk mengurutkan genom virus.
Hanya saja pengurutan genom virus bukanlah pekerjaan ringan. Harus ada tenaga terlatih serta perlengkapan dan laboratorium dengan standar tertentu untuk melakukannya.
Baca Juga: Kasus Covid-19 Bertambah Sebanyak 5 Ribu per Hari: Jangan Lengah, Indonesia Belum Aman
Selain itu pengurutan genom juga membutuhkan waktu lama. Terlebih di tengah pandemi yang menyebabkan banyak keterbatasan di mana-mana.
Sebuah penelitian di Nuffield Department of Medicine di University of Oxford, Amerika Serikat, menemukan banyak kasus reinfeksi Covid-19 kemungkinan besar adalah re-positif.
Sebab, virus corona bisa menyebabkan infeksi dalam waktu lama dan struktur genomnya membuat virus mampu bertahan di dalam tubuh. Virus ini pun bisa tak terdeteksi dalam tes dan siap untuk menyerang sekali lagi.
Menurut penelitian di Public Health England Colindale di Inggris dan Statens Serum Institut di Denmark, orang yang pernah terinfeksi virus corona mendapat perlindungan hingga 80 persen terhadap infeksi kedua.
Adapun dari penelitian di Denmark, perlindungan terhadap warga lanjut usia (di atas 65 tahun) hanya 47 persen.
Dengan demikian, mengacu pada hasil penelitian itu, kalangan lansia tergolong lebih berisiko mengalami reinfeksi.
Seseorang bisa mengalami reinfeksi karena Covid-19 pun bisa berkembang atau bermutasi, sehingga memiliki banyak varian dengan karakternya masing-masing.
Baca Juga: Efektivitas Vaksin Sinovac Turun dalam 3-5 Bulan Setelah Vaksin Kedua, Ini yang Harus Dilakukan!
Menurut sejumlah penelitian, beberapa varian mampu melawan sistem imun manusia.
Maka dari itu, orang yang pernah terinfeksi Covid-19 tetap harus menerapkan protokol kesehatan, sama halnya seperti orang yang sudah mendapat vaksin.
Walaupun vaksin memberikan perlindungan terhadap serangan virus, orang yang telah divaksin masih bisa terinfeksi jika terpapar Covid-19.
Seseorang yang mengalami reinfeksi menurut berbagai penelitian belum sampai pada satu kesimpulan apakah gejala reinfeksi pasti lebih parah dibanding sebelumnya atau tidak.
Dokter di Gulhane Training and Research Hospital di Turki menyebutkan pasien yang pada infeksi pertama tak mengalami gejala, gejalanya pun ringan saat reinfeksi.
Baca Juga: Ada Berbagai Varian Virus Covid-19, dari Mana Asalnya dan Apa Penyebabnya?
Sedangkan bila pada infeksi pertama harus dirawat di rumah sakit, pasien akan memerlukan perawatan intensif saat reinfeksi, terutama kalangan lansia yang memiliki penyakit penyerta.
Namun beberapa penelitian lain menemukan tidak ada perbedaan gejala antara infeksi pertama dan kedua.
Malah ada pasien yang gejalanya lebih ringan ketika terkena reinfeksi Covid-19. Salah satu faktor yang diduga berpengaruh adalah sistem imun.
Jadi jika imun yang terbentuk dari infeksi pertama masih kuat dan bisa melawan, gejalanya akan ringan atau bahkan tak ada.
Sedangkan bila imun sudah lemah atau tak dapat menemukan virus yang menyerang, gejalanya bisa lebih berat.
Jadi pertanyaannya, berapa lama antibodi bisa bertahan untuk melawan Covid-19?
Sistem imun yang terbentuk dari infeksi pertama akan mengingat karakter virus yang menyerang. Namun, ada kemungkinan sistem antibodi itu lupa atau tak mengenali bila bertemu virus dengan varian berbeda.
Lantaran virus Covid-19 tergolong sebagai jenis baru, belum ada penelitian yang bisa memastikan berapa lama antibodi dapat bertahan, baik antibodi yang terbentuk alami akibat infeksi Covid-19 maupun yang berasal dari vaksinasi.
Sejumlah kasus reinfeksi Covid-19 juga belum bisa ditarik kesimpulannya karena jarak antara infeksi pertama dan kedua yang dilaporkan bervariasi.
Ada yang baru dua bulan negatif ternyata terinfeksi lagi. Ada juga reinfeksi yang terjadi setelah setahun sembuh. Penelitian masih berlangsung untuk memahaminya lebih lanjut.
Artikel ini telah tayang di Health.grid.id dengan judul “Apakah Reinfeksi Covid-19, Siapa Paling Berisiko, Gejalanya Lebih Parah?”.
Baca Juga: Pandemi Covid-19 di Indonesia akan Berakhir bila Tidak Ada Lonjakan Kasus pada Desember-Januari!
#Berbagiidea #Berbagicerita #Bisadarirumah #Gridnetwork #Rumahtropis
(*)