IDEAOnline-Sejumlah asosiasi profesional membuat pernyataan sikap dan mengkritik rencana, rancangan, dan gambar ibu kota negara (IKN) baru di Kalimantan Timur.
Salah satu yang menjadi sorotan utama adalah rancangan bangunan istana negara yang berbentuk burung Garuda.
Ketua Ikatan Arsaitek Indonesia (IAI) I Ketut Rana Wiarcha mengatakan, bangunan istana negara yang berbentuk burung garuda atau burung yang menyerupai garuda merupakan simbol yang di dalam bidang arsitektur tidaklah mencirikan kemajuan peradaban bangsa Indonesia di era digital.
"Sangat tidak mencerminkan kemajuan peradaban bangsa, terutama di era digital, era bangunan emisi rendah dan pasca-Covid-19 (new normal)," kata Rana dalam pernyataan sikap, seperti dikutip dari Kompas.com, Minggu (28/3/2021).
Menanggapi hal itu, Nyoman Nuarta yang karyanya menuai pendapat pro dan kontra, menjelaskan alasan dirinya merancang istana negara berbentuk burung Garuda.
Menurutnya, patung Garuda diambil sebagai bentuk rancangan istana negara tidak berhenti hanya sebagai landmark sebuah kawasan, melainkan lebih pada perwujudan pencapaian sinergi antara seni, sains, dan teknologi.
"Sebagai negara dengan keragaman kebudayaan yang kaya, Indonesia harus lahir menjadi satu-satunya negara di dunia yang berhasil memadukan secara pekat antara seni, sains, dan teknologi," jelas Nyoman, seperti dikutip dari Kompas.com, Rabu (31/03/2021).
Nyoman mencontohkan, patung Garuda Wisnu Kencana (GWK) di Bali yang menjadi magnet baru bagi pergerakan kebudayaan dunia dengan sepandai-pandainya menggunakan industri pariwisata, dan bertransformasi menjadi industri jasa penghasil devisa terbesar di dunia.
“Dalam tubuh patung Garuda, presiden akan berkantor, ditambah denganunsur-unsur pendukung seperti sekretariat negara, sekretaris kabinet, dan kantor stafpresiden,” jelas Nyoman.